Rambutnya yang
hitam legam terurai dan berirama seiring dengan gerak tubuh lincahnya, gadis
kecil itu sedari tadi mondar mandir seperti
setrikaan, semua sudut rumah sudah ia telusuri, tapi ia tak menemukan apa yang
dicari.
“Bu,
liat kardus mainan Rasya ngga?” tanya Rasya sambil berjalan menuju dapur.
“Nggak
tuh sayang, sudah Rasya cari belum?” sahut ibu
sambil terus memotong wortel menjadi bentuk dadu.
“Sudah
buuu,, tapi Rasya gak nemu terus,,aduh gimana donk bu?” Rasya merengek.
“Aduh,
ibu tanggung lagi masak nih, coba tanya ayah saja ya” ibu melanjutkan memotong
wortelnya.
Rasya
cemberut tidak menjawab. Padahal semalam sebelum mereka pindahan kerumah baru
ini, Rasya sudah memastikan bahwa dia tidak lupa kalau kardus bekas yang berisi
seluruh mainannya itu ayah simpan di bagasi mobil.
Gadis bertubuh mungil itu kembali mondar-mandir seperti setrikaan mencari ayah
ke seluruh sudut rumah, kehalaman depan dan belakang, dan sama seperti kardus
mainannya ia tidak menemukan ayah.
Rasya
pun semakin gelisah, mainan itu seperti harta karun baginya. Kardus itu berisi mainan-mainan
yang ia koleksi dari mulai boneka Barbie hadiah dari ayah karena dia dapat
ranking pertama, Gamebot hadiah ulang tahun dari ibu, monopoli, ular
tangga, kartu bergambar dragon ball,
kuartet, puzzle, perlatan dokter-dokteran, mainan masak-masakan dan
masih banyak lagi.
Rasya
pun mendesah, lalu menghenyakan tubuhnya ke sofa yang ada di teras rumah,
memandang langit biru cerah dihiasi awan Commulus yang seperti kapas
lembut yang mengumpal. Melihat awan-awan itu membuat Rasya sejenak melupakan
kardusnya. kini ia melamunkan apa yang
akan terjadi di sekolah barunya besok. Siapa yang akan jadi teman barunya, akankah
sekolah barunya akan menyenangkan, Rasya sudah tak sabar menanti kedatangan
esok hari.
Tiba-tiba
terdengar bunyi-bunyi aneh dari dalam garasi, Rasya yang sedang melamun
tersontak kaget, bunyi-bunyi aneh itu semakin terdengar jelas dan keras, Rasya
lalu memanggil ibu.
Ia
berlari menuju dapur “Ibuuuuuuuuuuuuuu….”
“Ada
apa lagi sayang?” Tanya ibu
“Ayo
bu sini…ada bunyi-bunyi aneh dari garasi kita, coba deh ibu liat” Rasya menarik
narik lengan ibunya dan mengajaknya menuju pintu garasi
Ibu
menghampiri dan membuka pintu garasi, tiba-tiba ada suara seperti geraman yang
aneh dari kolong mobil. Ibu dan Rasya kaget oleh suara itu, Rasya menjadi
ketakutan, namun ibu membungkuk untuk mengintip ke kolong mobil. Terlihat
disana ada mahluk berbulu cokelat, mahluk berbulu yang cukup besar. Seekor
anjing.
###
“Anjing siapa itu bu?” tanya ayah yang baru
saja datang dari warung.
“ibu
juga gak tau, kok bisa ya masuk garasi? Masuk lewat mana?” kata ibu
Ayah
dan ibu saling menatap. Rasya masih memeluk kaki ibu, dia ketakutan, katanya
Anjing suka mengigit.
“Ayah
harus tanya Pak RT dulu, siapa tahu tetangga kita ada yang kehilangan
peliharaannya” ayah bergegas menuju rumah pak RT.
Tak
lama kemudian, Pak RT dan ayah sampai di rumah,
Pak RT pun melihat anjing itu di kolong mobil. Lalu tersenyum, dari ekspresi
pak RT sepertinya dia mengenali anjing itu.
“Ooh,
ini mah si Roky” kata Pak RT sambil tertawa.
“Roky?”
Kata ayah, ibu dan Rasya berbarengan.
“Iya
betul, begini pak Dodi, Roky ini adalah anjingnya yang punya rumah ini dulu”
Pak RT menjelaskan.
“Punyanya
pak Bagus? begitu?” tanya Ayah.
Pak
RT mengangguk kecil “Silahkan saja bapak telepon beliau” katanya lagi.
“Tapi
pak, setahu saya rumah nya pak Bagus kan agak jauh dari sini, kok anjing nya
bisa nyasar kesini?” tanya ayah keheranan.
“Ya
itulah hebatnya si roky ini pak” Kata pak RT sambil tersenyum.
Ayah
dan Ibu hanya mengangguk. Pak RT pamitan pada tetangga barunya itu dan ayah dan
ibu tak lupa mengucapkan terimakasih.
Ibu
bergegas ke dapur mengambil ayam gorengnya dan nasi lalu menaruhnya di depan
mobil. Anjing cokelat yang beranama Roky itu berhenti menggeram, sesaat
kemudian anjing itu mengedus dan menyadari ada makanan yang menurutnya lezat, dengan
malu-malu anjing yang beranama Roky itu merangkak keluar kolong mobil, dan
dengan moncongnya menyantap lahap makan itu. Ibu dan ayah tersenyum melihat
tingkah anjing itu. Tapi Rasya tetap ketakutan, anjing itu cukup besar dan
bulunya lebat berwarna cokelat muda dan sebagian ada yang berwarna putih.
###
Sore
itu, setelah setengah jam bertamu dan mengobrol, Pak Bagus dan istrinya pamitan
pulang dari rumah. Mereka telah menyelesaikan masalah anjing miliknya yang
kabur.
“Ibu,
Anjing nya jadi di bawa pulang?” kata Rasya penasaran sambil memegang majalah Bobo
Ibu
tersenyum, lalu mengelus rambut hitam legam anak satu-satunya itu. “Tidak
sayang, Roky akan tinggal disini sama kita”
“Ha?”
Rasya nampak kebingungan.
Melihat
ekspresi anaknya itu, ibu pun menjelaskan. Ini bukan pertama kalinya njing itu
kabur dari rumah dan datang kerumah ini. Pak Bagus sudah menyerah, melihat
tingkah laku anjingnya yang sekarang suka kabur. Pak Bagus mengira, mungkin
saja Roky ingin tinggal di rumah tempat dia dilahirkan dulu. Sehingga Pak Bagus
memberikan anjing kesayangan mereka pada keluarga Dodi untuk dipelihara, ayah
dan ibu pun setuju.
“Jadi
kamu sekarang punya peliharaan sayang” ibu tersenyum lagi.
“Tapi
aku takut bu, anjing kan suka gigit hiiii ” Rasya mengridig ketakutan.
Ibu
tertawa kecil melihat ekspresi ketakutan putri semata wayangnya itu. “tenang
sayang, Roky anjing jinak.”
Lalu
ibu beranjak dari kursi meja makan, dan menyiapkan makan malam untuk Roky
dipiring plastik. Ibu pun mengajak Rasya untuk melihat Roky di garasi, terbaca
dari wajah Rasya jika sebenarnya ia enggan melihat anjing itu karena takut,
tapi rasa penasarannya mulai muncu, iapun mengikuti Ibu menuju garasi.
Roky
sedang meringkuk disudut garasi, anjing itu sedang asik menjilat-jilat kakinya,
telinganya terkulai diatas kepalanya. Ibu memanggil Roky dan menaruh piring
dilantai. Anjing itu lalu menghampiri. Rasya mundur satu langkah dan
bersembunyi di balik kaki ibu. Rasya masih takut.
“Nggak
pa-pa kok, sayang” ibu merangkul putri cantiknya itu.
“Takut
bu, takut gigit hiiiiii” Rasya gemeteran.
Roky
terus melahap semua makanan yang ada dipiring plastik itu, tak peduli apa yang
sedang di bicarakan dua manusia didepannya itu.
“Jinak
kok sayang, ayo coba pegang” ibu menarik tangan kiri anaknya itu.
Tangan
Rasya gemetar, namun akhirnya Rasya mengelus kepala anjing itu, dan anjing itu
diam saja hanya berkonsentrasi pada makanan yang hampir habis. Bulunya halus,
lembut dan tebal, ibu bilang Roky itu termasuk ras Golden
Retriever. Rasya tidak mengerti apa itu ras atau istilah Golden
Retriever yang sulit pengucapanya itu, menurutnya anjing itu sama
saja, mahluk berbulu dan suka menggonggong.
“Tuh,
ga pa-pa kan” ibu tersenyum, Rasya mengangguk dan terus megelus bulu cokelat Roky
yang lembut.
“Roky,
mau kan jadi temen Rasya?” ibu seolah bertanya pada Roky.
“Guk!”
Roky menjawab. Rasya terkaget dan memeluk ibunya. Ibu tertawa lagi melihat
ekspresi ketakutan putrinya itu.
“Roky
bilang dia mau jadi temen Raysa”
###
Rasya
sudah melupakan mainan-mainan dalam kardus itu, ia jarang sekali memainkan
mereka, kini ia lebih senang bermain dengan Roky anjingnya. Menurutnya, Roky
adalah anjing yang cukup pintar dan setia. Setiap Rasya mau berangkat sekolah,
anjing itu selalu mengantarkan nya sampai ujung jalan, bukan hanya itu Roky itu
anjing yang sangat ramah kepada musuh bebuyutannya, Kucing. Setiap ada kucing
lewat Roky tidak pernah mengejarnya dan men-cuek-kannya, malah kucing tersebut
yang sudah ketakutan jika melihat Roky sampai bulu mereka berdiri seperti
jarum.
Roky
akan bersikap galak apabila ada yang mengganggu tuannya, seperti melawan anjing
galak yang berada di ujung jalan. Anjing itu dijuluki anjing sapi karena warna
bulunya berwarna hitam putih seperti corak sapi. Semua anak-anak tetangga yang
hendak berangkat sekolah selalu dikejar oleh anjing galak itu, namun Rasya tak
pernah khawatir karena Roky akan selalu ada untuknya dan melawan anjing sapi
itu.
Rasya
menghampiri Roky, Roky sedang berjemur di halaman, kuping nya tegak terpasang
seperti antena, lidah nya menjulur. ia sudah terbiasa mengelus-elus anjinganya
itu, Roky paling senang kalau sudah dimanja seperti ini, apalagi diajak bermain
atau sekedar jalan-jalan sore. Tiba –tiba Roky beranjak dari halaman rumah dan
berlari menuju pagar menghampiri seorang anak laki-laki . Roky mengonggong dan
meloncat-loncat kegirangan, ekornya berkibas. Anak laki-laki itu lantas
mengelus Roky dari balik pagar.
Roky
bermanja-manja dengan anak laki-laki berbadang kurus yang tak dikenal itu,
mereka tampak akrab. Anak laki-laki itu pun mebuka pagar agar Roky bisa keluar,
Roky pun melesat berlari girang menuju taman mengajak bermain dan seolah
berkata “Ayo ikuti aku bermain ditaman”
Wajah
Rasya menekuk ia terlihat kesal dengan anak laki-laki berbadan jangkung dan kurus
itu, bermain dengan anjingnya tanpa izin. “Hey!! Jangan Ambil Anjingku!!”
teriak Rasya, suaranya galak dan cempreng.
Tetapi
anak lelaki itu tak mempedulikan teriakannya, dia terus berlari mengejar Roky
menuju taman. Rasya pun tak mau kalah, ia ikut mengejar mereka. Sesampainya di
taman Rasya melihat Roky berlari kegirangan mengelilingi taman, anak laki-laki
itu malah melambaikan tangan kepada Rasya, seolah memberi perintah agar Rasya
mendekatinya. Rasya sebenarnya enggan tapi dia penasaran, lalu menghampiri anak
itu dengan muka masam.
“Jangan amnbil anjingku!!” kata Rasya galak.
Anak
laki-laki itu tak berkata apa-apa, malah menyodorkan Rasya seekor capung berwarna
merah, lalu tersenyum manis.
“Buat
aku?” Tanya rasa keheranan. Sebenarnya ia enggan menerimanya, namun capung itu
lucu. Akhirnya ia menyerah dan menerimanya dan seketika rasa kesalnya pun
hilang.
“Makasih.
Eh nama kamu siapa? Kamu kenal ama Roky ya?” tanya Rasya.
Anak
laki-laki itu hanya tersenyum dan mengangguk saja sambil bersiap menangkap
capung-capung lain yang hinggap di dedaunan taman itu.
“ihh
kok gak di jawab sih, nama kamu siapa?” tanya nya lagi, dengan suara lebih
keras dan cempreng.
Anak
itu hanya diam saja sambil senyum-senyum, seperti tidak mengdengarkan
pertanyaan Rasya.
“ihhk
kok diem aja sih?” Rasya mulai kesal.
Tentu
saja, anak itu tidak akan berbicara atau mengobrol karena dia bisu.
###
Akhirnya
Rasya tahu nama anak laki-laki itu, setelah anak laki-laki itu menuliskan
namanya di atas tanah. Anak laki-laki itu beranama Arbi. Arbi adalah anak Pak
RT yang tempo hari datang kerumah Rasya. Umur Arbi setahun lebih tua dari Rasya
dan mereka berbeda tempat sekolah.
Raysa
senang punya teman seperti Arbi. Setiap sore sehabis pulang sekolah, Rasya
selalu bersama Arbi dan Roky di taman, mereka senang berburu serangga, bermain
lompat karet, berburu layangan, petak umpet dan permainan lainnya. Selain itu Rasya
jadi banyak teman karena Arbi mengenalkannya dengan teman-teman lain yang ada
di sekitar rumah. Tidak hanya itu, Arbi mengajarkan banyak hal kepada Rasya,
seperti bahasa isyarat menggunakan tangan, belajar membentuk alpabhet dengan
tangan untuk memudahkan mereka berkomunikasi.
Rasya
sebenarnya sempat bingung, dia belum mengerti betul bahwa di dunia ini ada
manusia yang tidak bisa berbicara. Selama ini ia mengira semuanya norma–normal
saja, semua orang hampir sama, bisa berbicara, berjalan dan melihat. Tapi Rasya
tak mau ambil pusing, bagaimana pun keadaannya Arbi adalah teman yang
menyenangkan dan mengasikan baginya.
Sore
itu, Raysa dibuat kesal oleh Roky yang selalu mengikutinya bermain petak umpet.
Sebenarnya Rasya jagonya dalam bermain petak umpet, karena badannya yang mungil
sehingga dia bisa bersembunyi dimana saja di tempat yang sempit sekalipun.
Namun kali ini Rasya sering menjadi ‘Kucing’ gara-gara Roky selalu
mengikutinya. Sekalipun Rasya bersembunyi di balik tong sampah yang cukup
besar, dia tetap ketahuan karena ekor Roky terlihat berkibas-kibas, otomatis
teman-teman langsung tahu kalo Rasya bersembunyi di balik tong sampah itu. Bukan
hanya itu Rasya mulai merasa terganggu dengan Roky yang selalu mengikutinya
bermain, teman-teman yang lain kecuali Arbi akan protes jika Roky ikut bermain
bersama mereka, dan melarang Rasya dan Arbi bergabung, mereka tidak suka
dibuntuti oleh anjing.
Keesokan
harinya Rasya mengikat Roky dengan tali tambang jemuran yang ada di garasi
supaya anjing itu tak mengganggunya bermain. Roky hanya terbaring di
garasi dengan leher yang terikat tali tambang jemuran, sepasang kakinya melipat
menjadi tumpuan dagu, matanya terpejam, anjing itu terlihat sedih dan kesepian.
“Dimana
Roky?” Ardi bertanya dengan bahasa isyarat sambil menggerak-gerakan tangan
nya.
“Aku
ikat di garasi” jawab Rasya singkat sambil memberi isyarat.
Arbi
lalu menarik nafas panjang lalu meletakan kedua tangan nya di pinggang sambil
cemberut dan mengeleng-gelengkan kepala, itu ekspresi protes terhadap perbuatan
Rasya.
“Habis,
dia ganggu kita terus sih” Rasya protes, tidak terima di salahkan.
Arbi
lalu mengacungkan jari manisnya yang artinya itu “Jelek”, lalu ia pergi
meninggalkan Rasya dan masuk ke garasi rumah lalu melepaskan ikatan tali itu
dan mengajak Roky bermain ke taman untuk bermain layangan.
###
Sudah
seminggu Roky tidak pulang kerumah, Arbi dan Rasya sudah mencarinya
kemana-mana. Ayah dan ibu pun mencari dan menanyakan kepada Pak Bagus pemilik
Roky sebelumnya tapi hasilnya nihil. Roky belum saja di temukan. Di komplek
perumahan itu memang sedang marak pencurian anjing, satu persatu anjing
tetangga banyak yang hilang, termasuk anjing Sapi yang galak itu pun ikut
menghilang. Setiap pulang sekolah Rasya selalu menanti anjing itu pulang dengan
perasaan cemas. Rasya merindukan Roky, sudah lama anjing itu tak mengantarnya dan
menjemput di ujung jalan saat pergi dan pulang sekolah.
Sore
itu Rasya pergi ke taman dengan perasaan sedih. Rasya diam-diam menangis
sendirian, dia menangis karena setelah menonton Air Bud di tv yang
membuatnya mengingat Roky anjingnya yang pintar itu. Sudah hampir sebulan Roky
tidak ditemukan, Rasya khawatir apakah anjing itu baik-baik saja, Apakah
sekarang dia punya majikan baru?. Penyesalan membuncah di hati Rasya karena
pernah memperlakukan Roky dengan tidak baik, mungkin Roky membenci nya lalu
kabur dan mencari majikan baru, mengingat itu isak tangis Rasya semakin
terdengar cukup keras.
Tiba-tiba
seseorang menghampirinya dan memberik Rasya capung berwarna oranye.
“Jangan
menangis” Kata Arbi dalam gerakan isyarat. Lalu ia duduk di samping Rasya.
Rasya
pun menerima capon itu “Makasih…” sambil terisak.
Arbi
menggerakan kedua tangannya lagi dan sedikit mengeluarkan suara seolah bertanya
“Kenapa kamu mengangis?”
“Aku
ingat Roky, Pasti Roky membenciku lalu dia kabur” ucap Rasya sembari terisak.
“Jangan
nangis lagi. Dia tidak membencimu aku yakin dia menyayangimu” Arbi memberi
isyarat lagi.
“Bagaimana
kamu bisa tau?” Tanya Rasya sambil menggerakan tangan nya juga.
“Roky
bilang begitu padaku” Arbi tersenyum.
Dahi
Rasya mengerut “Dia kan tak bisa bahasa manusia?” Kata Rasya, keheranan.
“Karena
kami sama-sama tidak bisa bicara, makanya aku mengerti” Arbi tersenyum lagi dan
merangkul pundak Rasya yang berbadan kecil itu.
Arbi
menepuk-nepuk dada nya seolah berkata “Jangan sedih, Ada aku disini”
Raysa
kini berhenti menangis dan merasa lebih tenang. Rasya menilai Arbi adalah
sahabat dengan beribu-ribu kelebihan, dia akan selalu menjaga dan menyayangi
sahabat yang selalu ada disampingnya itu, Rasya berjanji tidak akan mengulangi
kesalahan yang sama dan akan selalu berharap Roky kembali menemuinya dan
mengajaknya berburu serangga di taman ini. Diumur nya yang masih sangat muda,
gadis kecil itu diajarkan untuk saling menyayangi sesama mahluk Tuhan, saling
menghargai dan menerima ketidaksempurnaan.
-The End-
by eka suzie
sempet ngrasa melow baca cerita ini. pengen deh bisa nulis kaya gini... kalo ada waktu, mampirlah di blog saya.., saya baru belajar nulis-nulis cerpen. sapa tau bisa ngasih masukan, sukur-sukur kalo diajari...hehehe http://notesmales.blogspot.co.id/ cheers...
BalasHapus