Minggu, 18 Januari 2015

Sahabat Tanpa Kata











Rambutnya yang hitam legam terurai dan berirama seiring dengan gerak tubuh lincahnya, gadis kecil itu sedari tadi mondar mandir seperti setrikaan, semua sudut rumah sudah ia telusuri, tapi ia tak menemukan apa yang dicari.


“Bu, liat kardus mainan Rasya ngga?” tanya Rasya sambil berjalan menuju dapur.
“Nggak tuh sayang, sudah Rasya cari belum?” sahut ibu sambil terus memotong wortel menjadi bentuk dadu.
“Sudah buuu,, tapi Rasya gak nemu terus,,aduh gimana donk bu?” Rasya merengek.
“Aduh, ibu tanggung lagi masak nih, coba tanya ayah saja ya” ibu melanjutkan memotong wortelnya.
Rasya cemberut tidak menjawab. Padahal semalam sebelum mereka pindahan kerumah baru ini, Rasya sudah memastikan bahwa dia tidak lupa kalau kardus bekas yang berisi seluruh mainannya itu ayah simpan di bagasi mobil. Gadis bertubuh mungil itu kembali mondar-mandir seperti setrikaan mencari ayah ke seluruh sudut rumah, kehalaman depan dan belakang, dan sama seperti kardus mainannya ia tidak menemukan ayah.
Rasya pun semakin gelisah, mainan itu seperti harta karun baginya. Kardus itu berisi mainan-mainan yang ia koleksi dari mulai boneka Barbie hadiah dari ayah karena dia dapat ranking pertama, Gamebot hadiah ulang tahun dari ibu, monopoli, ular tangga, kartu bergambar dragon ball, kuartet, puzzle, perlatan dokter-dokteran, mainan masak-masakan dan masih banyak lagi.
Rasya pun mendesah, lalu menghenyakan tubuhnya ke sofa yang ada di teras rumah, memandang langit biru cerah dihiasi awan Commulus yang seperti kapas lembut yang mengumpal. Melihat awan-awan itu membuat Rasya sejenak melupakan kardusnya.  kini ia melamunkan apa yang akan terjadi di sekolah barunya besok. Siapa yang akan jadi teman barunya, akankah sekolah barunya akan menyenangkan, Rasya sudah tak sabar menanti kedatangan esok hari.
Tiba-tiba terdengar bunyi-bunyi aneh dari dalam garasi, Rasya yang sedang melamun tersontak kaget, bunyi-bunyi aneh itu semakin terdengar jelas dan keras, Rasya lalu memanggil ibu.
Ia berlari menuju dapur “Ibuuuuuuuuuuuuuu….”
“Ada apa lagi sayang?” Tanya ibu
“Ayo bu sini…ada bunyi-bunyi aneh dari garasi kita, coba deh ibu liat” Rasya menarik narik lengan ibunya dan mengajaknya menuju pintu garasi
Ibu menghampiri dan membuka pintu garasi, tiba-tiba ada suara seperti geraman yang aneh dari kolong mobil. Ibu dan Rasya kaget oleh suara itu, Rasya menjadi ketakutan, namun ibu membungkuk untuk mengintip ke kolong mobil. Terlihat disana ada mahluk berbulu cokelat, mahluk berbulu yang cukup besar. Seekor anjing.
###
 “Anjing siapa itu bu?” tanya ayah yang baru saja datang dari warung.
“ibu juga gak tau, kok bisa ya masuk garasi? Masuk lewat mana?” kata ibu
Ayah dan ibu saling menatap. Rasya masih memeluk kaki ibu, dia ketakutan, katanya Anjing suka mengigit.
“Ayah harus tanya Pak RT dulu, siapa tahu tetangga kita ada yang kehilangan peliharaannya” ayah bergegas menuju rumah pak RT.
Tak lama kemudian, Pak RT dan ayah sampai di rumah, Pak RT pun melihat anjing itu di kolong mobil. Lalu tersenyum, dari ekspresi pak RT sepertinya dia mengenali anjing itu.
“Ooh, ini mah si Roky” kata Pak RT sambil tertawa.
“Roky?” Kata ayah, ibu dan Rasya berbarengan.
“Iya betul, begini pak Dodi, Roky ini adalah anjingnya yang punya rumah ini dulu” Pak RT menjelaskan.
“Punyanya pak Bagus? begitu?” tanya Ayah.
Pak RT mengangguk kecil “Silahkan saja bapak telepon beliau” katanya lagi.
“Tapi pak, setahu saya rumah nya pak Bagus kan agak jauh dari sini, kok anjing nya bisa nyasar kesini?” tanya ayah keheranan.
“Ya itulah hebatnya si roky ini pak” Kata pak RT sambil tersenyum.
Ayah dan Ibu hanya mengangguk. Pak RT pamitan pada tetangga barunya itu dan ayah dan ibu tak lupa mengucapkan terimakasih.
Ibu bergegas ke dapur mengambil ayam gorengnya dan nasi lalu menaruhnya di depan mobil. Anjing cokelat yang beranama Roky itu berhenti menggeram, sesaat kemudian anjing itu mengedus dan menyadari ada makanan yang menurutnya lezat, dengan malu-malu anjing yang beranama Roky itu merangkak keluar kolong mobil, dan dengan moncongnya menyantap lahap makan itu. Ibu dan ayah tersenyum melihat tingkah anjing itu. Tapi Rasya tetap ketakutan, anjing itu cukup besar dan bulunya lebat berwarna cokelat muda dan sebagian ada yang berwarna putih.
###
Sore itu, setelah setengah jam bertamu dan mengobrol, Pak Bagus dan istrinya pamitan pulang dari rumah. Mereka telah menyelesaikan masalah anjing miliknya yang kabur.
“Ibu, Anjing nya jadi di bawa pulang?” kata Rasya penasaran sambil memegang majalah Bobo
Ibu tersenyum, lalu mengelus rambut hitam legam anak satu-satunya itu. “Tidak sayang, Roky akan tinggal disini sama kita”
“Ha?” Rasya nampak kebingungan.
Melihat ekspresi anaknya itu, ibu pun menjelaskan. Ini bukan pertama kalinya njing itu kabur dari rumah dan datang kerumah ini. Pak Bagus sudah menyerah, melihat tingkah laku anjingnya yang sekarang suka kabur. Pak Bagus mengira, mungkin saja Roky ingin tinggal di rumah tempat dia dilahirkan dulu. Sehingga Pak Bagus memberikan anjing kesayangan mereka pada keluarga Dodi untuk dipelihara, ayah dan ibu pun setuju.
“Jadi kamu sekarang punya peliharaan sayang” ibu tersenyum lagi.
“Tapi aku takut bu, anjing kan suka gigit hiiii ” Rasya mengridig ketakutan.
Ibu tertawa kecil melihat ekspresi ketakutan putri semata wayangnya itu. “tenang sayang, Roky anjing jinak.”
Lalu ibu beranjak dari kursi meja makan, dan menyiapkan makan malam untuk Roky dipiring plastik. Ibu pun mengajak Rasya untuk melihat Roky di garasi, terbaca dari wajah Rasya jika sebenarnya ia enggan melihat anjing itu karena takut, tapi rasa penasarannya mulai muncu, iapun mengikuti Ibu menuju garasi.
Roky sedang meringkuk disudut garasi, anjing itu sedang asik menjilat-jilat kakinya, telinganya terkulai diatas kepalanya. Ibu memanggil Roky dan menaruh piring dilantai. Anjing itu lalu menghampiri. Rasya mundur satu langkah dan bersembunyi di balik kaki ibu. Rasya masih takut.
“Nggak pa-pa kok, sayang” ibu merangkul putri cantiknya itu.
“Takut bu, takut gigit hiiiiii” Rasya gemeteran.
Roky terus melahap semua makanan yang ada dipiring plastik itu, tak peduli apa yang sedang di bicarakan dua manusia didepannya itu.
“Jinak kok sayang, ayo coba pegang” ibu menarik tangan kiri anaknya itu.
Tangan Rasya gemetar, namun akhirnya Rasya mengelus kepala anjing itu, dan anjing itu diam saja hanya berkonsentrasi pada makanan yang hampir habis. Bulunya halus, lembut dan tebal, ibu bilang Roky itu termasuk ras Golden Retriever. Rasya tidak mengerti apa itu ras atau istilah Golden Retriever  yang sulit pengucapanya itu, menurutnya anjing itu sama saja, mahluk berbulu dan suka menggonggong.
“Tuh, ga pa-pa kan” ibu tersenyum, Rasya mengangguk dan terus megelus bulu cokelat Roky yang lembut.
“Roky, mau kan jadi temen Rasya?” ibu seolah bertanya pada Roky.
“Guk!” Roky menjawab. Rasya terkaget dan memeluk ibunya. Ibu tertawa lagi melihat ekspresi ketakutan putrinya itu.
“Roky bilang dia mau jadi temen Raysa”
###
Rasya sudah melupakan mainan-mainan dalam kardus itu, ia jarang sekali memainkan mereka, kini ia lebih senang bermain dengan Roky anjingnya. Menurutnya, Roky adalah anjing yang cukup pintar dan setia. Setiap Rasya mau berangkat sekolah, anjing itu selalu mengantarkan nya sampai ujung jalan, bukan hanya itu Roky itu anjing yang sangat ramah kepada musuh bebuyutannya, Kucing. Setiap ada kucing lewat Roky tidak pernah mengejarnya dan men-cuek-kannya, malah kucing tersebut yang sudah ketakutan jika melihat Roky sampai bulu mereka berdiri seperti jarum.
Roky akan bersikap galak apabila ada yang mengganggu tuannya, seperti melawan anjing galak yang berada di ujung jalan. Anjing itu dijuluki anjing sapi karena warna bulunya berwarna hitam putih seperti corak sapi. Semua anak-anak tetangga yang hendak berangkat sekolah selalu dikejar oleh anjing galak itu, namun Rasya tak pernah khawatir karena Roky akan selalu ada untuknya dan melawan anjing sapi itu.
Rasya menghampiri Roky, Roky sedang berjemur di halaman, kuping nya tegak terpasang seperti antena, lidah nya menjulur. ia sudah terbiasa mengelus-elus anjinganya itu, Roky paling senang kalau sudah dimanja seperti ini, apalagi diajak bermain atau sekedar jalan-jalan sore. Tiba –tiba Roky beranjak dari halaman rumah dan berlari menuju pagar menghampiri seorang anak laki-laki . Roky mengonggong dan meloncat-loncat kegirangan, ekornya berkibas. Anak laki-laki itu lantas mengelus Roky dari balik pagar.
Roky bermanja-manja dengan anak laki-laki berbadang kurus yang tak dikenal itu, mereka tampak akrab. Anak laki-laki itu pun mebuka pagar agar Roky bisa keluar, Roky pun melesat berlari girang menuju taman mengajak bermain dan seolah berkata “Ayo ikuti aku bermain ditaman”
Wajah Rasya menekuk ia terlihat kesal dengan anak laki-laki berbadan jangkung dan kurus itu, bermain dengan anjingnya tanpa izin. “Hey!! Jangan Ambil Anjingku!!” teriak Rasya, suaranya galak dan cempreng.
Tetapi anak lelaki itu tak mempedulikan teriakannya, dia terus berlari mengejar Roky menuju taman. Rasya pun tak mau kalah, ia ikut mengejar mereka. Sesampainya di taman Rasya melihat Roky berlari kegirangan mengelilingi taman, anak laki-laki itu malah melambaikan tangan kepada Rasya, seolah memberi perintah agar Rasya mendekatinya. Rasya sebenarnya enggan tapi dia penasaran, lalu menghampiri anak itu dengan muka masam.
 “Jangan amnbil anjingku!!” kata Rasya galak.
Anak laki-laki itu tak berkata apa-apa, malah menyodorkan Rasya seekor capung berwarna merah, lalu tersenyum manis.
“Buat aku?” Tanya rasa keheranan. Sebenarnya ia enggan menerimanya, namun capung itu lucu. Akhirnya ia menyerah dan menerimanya dan seketika rasa kesalnya pun hilang.
“Makasih. Eh nama kamu siapa? Kamu kenal ama Roky ya?” tanya Rasya.
Anak laki-laki itu hanya tersenyum dan mengangguk saja sambil bersiap menangkap capung-capung lain yang hinggap di dedaunan taman itu.
“ihh kok gak di jawab sih, nama kamu siapa?” tanya nya lagi, dengan suara lebih keras dan cempreng.
Anak itu hanya diam saja sambil senyum-senyum, seperti tidak mengdengarkan pertanyaan Rasya.
“ihhk kok diem aja sih?” Rasya mulai kesal.
Tentu saja, anak itu tidak akan berbicara atau mengobrol karena dia bisu.
###
Akhirnya Rasya tahu nama anak laki-laki itu, setelah anak laki-laki itu menuliskan namanya di atas tanah. Anak laki-laki itu beranama Arbi. Arbi adalah anak Pak RT yang tempo hari datang kerumah Rasya. Umur Arbi setahun lebih tua dari Rasya dan mereka berbeda tempat sekolah.
Raysa senang punya teman seperti Arbi. Setiap sore sehabis pulang sekolah, Rasya selalu bersama Arbi dan Roky di taman, mereka senang berburu serangga, bermain lompat karet, berburu layangan, petak umpet dan permainan lainnya. Selain itu Rasya jadi banyak teman karena Arbi mengenalkannya dengan teman-teman lain yang ada di sekitar rumah. Tidak hanya itu, Arbi mengajarkan banyak hal kepada Rasya, seperti bahasa isyarat menggunakan tangan, belajar membentuk alpabhet dengan tangan untuk memudahkan mereka berkomunikasi.
Rasya sebenarnya sempat bingung, dia belum mengerti betul bahwa di dunia ini ada manusia yang tidak bisa berbicara. Selama ini ia mengira semuanya norma–normal saja, semua orang hampir sama, bisa berbicara, berjalan dan melihat. Tapi Rasya tak mau ambil pusing, bagaimana pun keadaannya Arbi adalah teman yang menyenangkan dan mengasikan baginya.
Sore itu, Raysa dibuat kesal oleh Roky yang selalu mengikutinya bermain petak umpet. Sebenarnya Rasya jagonya dalam bermain petak umpet, karena badannya yang mungil sehingga dia bisa bersembunyi dimana saja di tempat yang sempit sekalipun. Namun kali ini Rasya sering menjadi ‘Kucing’ gara-gara Roky selalu mengikutinya. Sekalipun Rasya bersembunyi di balik tong sampah yang cukup besar, dia tetap ketahuan karena ekor Roky terlihat berkibas-kibas, otomatis teman-teman langsung tahu kalo Rasya bersembunyi di balik tong sampah itu. Bukan hanya itu Rasya mulai merasa terganggu dengan Roky yang selalu mengikutinya bermain, teman-teman yang lain kecuali Arbi akan protes jika Roky ikut bermain bersama mereka, dan melarang Rasya dan Arbi bergabung, mereka tidak suka dibuntuti oleh anjing.
Keesokan harinya Rasya mengikat Roky dengan tali tambang jemuran yang ada di garasi supaya anjing itu tak mengganggunya bermain.  Roky hanya terbaring di garasi dengan leher yang terikat tali tambang jemuran, sepasang kakinya melipat menjadi tumpuan dagu, matanya terpejam, anjing itu terlihat sedih dan kesepian.
Dimana Roky?” Ardi bertanya dengan bahasa isyarat sambil menggerak-gerakan tangan nya.
“Aku ikat di garasi” jawab Rasya singkat sambil memberi isyarat.
Arbi lalu menarik nafas panjang lalu meletakan kedua tangan nya di pinggang sambil cemberut dan mengeleng-gelengkan kepala, itu ekspresi protes terhadap perbuatan Rasya.
“Habis, dia ganggu kita terus sih” Rasya protes, tidak terima di salahkan.
Arbi lalu mengacungkan jari manisnya yang artinya itu “Jelek”, lalu ia pergi meninggalkan Rasya dan masuk ke garasi rumah lalu melepaskan ikatan tali itu dan mengajak Roky bermain ke taman untuk bermain layangan.
###
Sudah seminggu Roky tidak pulang kerumah, Arbi dan Rasya sudah mencarinya kemana-mana. Ayah dan ibu pun mencari dan menanyakan kepada Pak Bagus pemilik Roky sebelumnya tapi hasilnya nihil. Roky belum saja di temukan. Di komplek perumahan itu memang sedang marak pencurian anjing, satu persatu anjing tetangga banyak yang hilang, termasuk anjing Sapi yang galak itu pun ikut menghilang. Setiap pulang sekolah Rasya selalu menanti anjing itu pulang dengan perasaan cemas. Rasya merindukan Roky,  sudah lama anjing itu tak mengantarnya dan menjemput di ujung jalan saat pergi dan pulang sekolah.
Sore itu Rasya pergi ke taman dengan perasaan sedih. Rasya diam-diam menangis sendirian, dia menangis karena setelah menonton Air Bud di tv yang membuatnya mengingat Roky anjingnya yang pintar itu. Sudah hampir sebulan Roky tidak ditemukan, Rasya khawatir apakah anjing itu baik-baik saja, Apakah sekarang dia punya majikan baru?. Penyesalan membuncah di hati Rasya karena pernah memperlakukan Roky dengan tidak baik, mungkin Roky membenci nya lalu kabur dan mencari majikan baru, mengingat itu isak tangis Rasya semakin terdengar cukup keras.
Tiba-tiba seseorang menghampirinya dan memberik Rasya capung berwarna oranye.
“Jangan menangis” Kata Arbi dalam gerakan isyarat. Lalu ia duduk di samping Rasya.
Rasya pun menerima capon itu “Makasih…” sambil terisak.
Arbi menggerakan kedua tangannya lagi dan sedikit mengeluarkan suara seolah bertanya “Kenapa kamu mengangis?”
“Aku ingat Roky, Pasti Roky membenciku lalu dia kabur” ucap Rasya sembari terisak.
“Jangan nangis lagi. Dia tidak membencimu aku yakin dia menyayangimu” Arbi memberi isyarat lagi.
“Bagaimana kamu bisa tau?” Tanya Rasya sambil menggerakan tangan nya juga.
“Roky bilang begitu padaku” Arbi tersenyum.
Dahi Rasya mengerut “Dia kan tak bisa bahasa manusia?” Kata Rasya, keheranan.
“Karena kami sama-sama tidak bisa bicara, makanya aku mengerti” Arbi tersenyum lagi dan merangkul pundak Rasya yang berbadan kecil itu.
Arbi menepuk-nepuk dada nya seolah berkata “Jangan sedih, Ada aku disini”
Raysa kini berhenti menangis dan merasa lebih tenang. Rasya menilai Arbi adalah sahabat dengan beribu-ribu kelebihan, dia akan selalu menjaga dan menyayangi sahabat yang selalu ada disampingnya itu, Rasya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dan akan selalu berharap Roky kembali menemuinya dan mengajaknya berburu serangga di taman ini. Diumur nya yang masih sangat muda, gadis kecil itu diajarkan untuk saling menyayangi sesama mahluk Tuhan, saling menghargai dan menerima ketidaksempurnaan.

“ Ketika kehilangan disitulah kita baru sadar kita sangat menyayanginya”

-The End- 
by eka suzie

1 komentar:

  1. sempet ngrasa melow baca cerita ini. pengen deh bisa nulis kaya gini... kalo ada waktu, mampirlah di blog saya.., saya baru belajar nulis-nulis cerpen. sapa tau bisa ngasih masukan, sukur-sukur kalo diajari...hehehe http://notesmales.blogspot.co.id/ cheers...

    BalasHapus